Muara

 


Di akhir tahun ini aku masih sendiri, memeluk diri sendiri, mengobati luka sendiri, bertahan sendiri.

Rasanya masih sama dengan kemarin, tidak banyak berubah. Hanya saja aku sudah cukup siap dengan banyak kemungkinan yang terjadi baik atau buruk. Mentalku sudah diasah sampai ubun-ubun untuk menjadi warior. 

Akhir tahun ini, aku ingin mengobati diri sendiri. Atas setiap luka masa kecil yang masih membekas. Tapi keraguan itu selalu muncul dengan alasan takut mennyakiti dan mengecewakan. 

Akhir tahun ini, aku masih belum sepenuhnya sembuh dari luka-luka masa lalu. Masih perih jika luka itu dibuka lagi masih basah jika ditambahi luka baru. Lalu dimana semuanya akan bermuara?

Akhir tahun ini, aku hanya berusaha tetap hidup dengan semua yang Gusti berikan sambil sesekali bertanya "apa yang dipersiapkan Tuhan untukku sehingga rasa dalam hidupku sebegini rupa?". Sayangnya, lagi-lagi tidak ada jawaban takdir yang terjawab langsung.

Gin, kuat ya. Sampai akhir. Sampai sudah waktunya kamu pulang ke dalam palung.

Jika memang tidak sanggup bibirmu berkata tentang segala sesak di dada yang sudah tersimpan puluhan tahun, hiduplah semampunya. Kamu bukan satu-satunya manusia di bumi, kamu hanya salah satunya.

Tidak ada yang tau tentangmu kecuali dirimu sendiri. Tidak ada yang bisa menenangkanmu kecuali dirimu sendiri. Tidak ada yang menyayangimu kecuali dirimu sendiri. Karena itu, bertahanlah untuk dirimu sendiri bukan untuk orang lain.

0 Komentar