Waktu itu pulang sekolah. Aku menangis sepanjang jalan. Aku lupa apa yang terjadi, tapi yang aku tahu teman-temanku membicarakanku dan menjauhiku sepanjang jam sekolah. Namanya syifa. Dia orang yg pertama kali menyudutkanku. Entah apa yang terjadi.
Aku pulang menahan tangis. Masuk ke kamar dan berbaring. Seperti film-film sedih yg menyelimuti hari-hariku tahun itu, aku menangis berbaring. Menghadapkan wajahku ke bantal agar ibu dan ayahku tidak tahu aku sedang menangis.
Namun, hati ibu memang sangat sensitif sepertinya. Dia datang mengibaskan gorden panjang yang menjadi pintu kamarku. Melihatku sesaat dan bilang "kalau ada masalah, selesaikan. Jangan menangis".
Setelah mengatakan itu ibu pergi, sedangkan aku termenung sendiri. Aku tidak tahu kejadian itu akan membekas sampai hari ini, setelah puluhan tahun berlalu.
Sejak saat itu sampai hari ini, tidak pernah sedikitpun kuceritakan masalahku pada ibu ataupun ayah. Tak pernah sedikitpun kuceritakan kisah hidupku kepada mereka. Teman dan sahabat adalah orang yang dekat denganku melebihi orang tua, meskipun terkadang teman dan sahabat datang pergi silih berganti.
Aku tau, hal yang menimpaku ini untuk sebagian orang dianggap bukan trauma. Tapi ketakutan untuk menceritakan setiap masalahku dan kisahku pada ibu membuatku terkadang gemetar. Aku takit dianggap pengecut hanya karena menangis.
Aku tidak tahu bagaimana ibu mendidik kedua adikku. Pada saat sedang tidak dirundung masalah, aku berfikiran positive bahwa ini cara ibu mendidikku. Hingga aku bisa setegar dan sekuat ini menjadi perempuan.
Harus kukatakan aku berterimakasih, meski trauma itu masih sedikit membekas. Aku mencoba melawannya dengan mulai banyak bercerita dengan ibu dan ayah. Kadang cerita hal penting atau bahkan kisah tentabg percintaan teman-temanku. Entahlah kenapa topik itu yang seringkali aku bahas. Mungkin untuk menghindari menceritakan kisah hidupku sendiri.
Sedangkan untuk masalah yang aku lalui bertahun-tahun, aku tidak pernah berani mengatakannya langsung. Rasanya aku tidak kuat jika ibuku menangis dihadapanku. Aku masih kuat menahan semua sampai mungkin akan tiba waktunya aku meledak.
Fen, 54 Dambe 3421
With tear,
Lauren

0 Komentar