CERITA EMAK (Mengenang dua tahun kepergian nenek tercinta)




Emak Ooh binti Marhasim adalah nenek saya dari jalur ibu. Saya biasa memanggilnya emak. Emak adalah orang pertama yang mengenalkan saya pada sejarah. Di rumah kulon (sebelum pindah ke rumah sekarang) saya sering minta tidur dengan emak sambil di dongengkan. Yang membuat saya senang sejarah adalah cerita emak tentang mitos dan masa kecilnya.
Satu waktu emak pernah bercerita bahwa dahulu kala Cipaingeun (sebuah sumber air di Desa Nagrak Kecamatan Paseh Kab. Sumedang)  adalah milik buyut Eka ibunya emak. Hanya saat penjajahan penduduk asli tidak diperbolehkan memiliki banyak kekayaan. Maka Cipaingeun kemudian dirampas oleh penjajah dan setelah merdeka diakui sebagai milik pemerintah. Terbukti sekarang Cipaingeun tidak menjadi hak milik perorangan.
Emak juga pernah bercerita, saat kecil ketika hendak sekolah pada pukul 9 pagi emak dan seluruh warga diharuskan sekerei (membungkukan badan 90 derajat ke hadapan matahari). Ini adalah kali pertama saya mengenal bahasa sekerei dan emak yang memperkenalkannya. Kemudian emak juga menceritakan tentang nyanyian yang biasa dilagukan untuk orang jepang seperti :
Dai nippon yang gagah
Yang berani dan suci
Yang menjungjungkan kita semua
Tentang pa Emen (kakek), emak bercerita bahwa pak Emen dulu adalah seorang tentara seinendan. Buktinya adalah samurai atau pedang yang masih ada hingga saat ini. Peninggalan yang akan saya dan semua keturunan saya rawat sebagai bukti penghormatan pada pa Emen. Ada juga beberapa uang dulu dan keris yang emak bilang pemberian Pangeran Sumedang. Karena perjuangan pa Emen sebagai salah satu pahlawan Indonesia ini lah yang membuat pa Emen mendapat gaji veteran yang kemudian dialihkan kepada emak saat pak Emen wafat. Saya dan adik-adik saya biasanya mendapat bagian. Pak pos yang mengantar uang pun mendapat bagian dari emak.
Emak juga pernah bercerita kalau rumahnya dulu di desa Parumasan pernah dijadikan markas oleh tentara Indonesia. Memang banyak pahlawan kita yang tidak tercatat sejarah dan kemudian hilang tanpa jejak dan penghormatan. Saya pernah sekali menemukan emak membersihkan peninggalan pa Emen (uang dan senjata). Dan kalau tidak salah itu bulan mulud (Rabiul Awal) karena seingat saya emak pernah berkata bahwa pusaka itu dibersihkan pada bulan mulud. Emak melakukan itu di depan rumah (rumah pertama yang ditempati saat pindah ke wetan) dengan menggunakan baskom berisi air kembang kemudian menggosoknya dengan buah asem.


0 Komentar