Al Farabi : Music Really Change a Lot of Things


Musik adalah suara yang disusun sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Musik adalah seni, seni adalah kehidupan. Maka musik adalah kehidupan. Karya musik yang fenomenal hingga saat ini adalah karya musik klasik Sebastian Bach (1685) Mozart (1756) dan Beethoven (1770). Padahal jauh sebelum itu, pada abad 9 M ada Al Farabi dengan kitabnya Al Musiqa Al Kabir. Sayangnya tidak banyak yang tahu tentang hal ini. Dalam dunia Islam filsuf yang mempunyai kontribusi besar dalam musik selain Al Farabi ada juga Abu Yusuf Yaqub ibn Ishaq dan Al Kindi. Ketiganya menjadikan musik sebagai alat terapi.
Al Farabi bernama lengkap Abu Nasir Ibnu Audagh ibn Thorhan al Farabi. Nama Al Farabi diambil dari nama tempat kelahirannya yaitu Farab. Di Barat ia dikenal dengan Alpharabius. Ayahnya seoran Iran dan ibunya orang Turki asli. Al Farabi dalam banyak pemikirannya dipengaruhi Aristoteles dan Plato.
Kesenangan pada musik sudah terlihat dari Al Farabi kecil dimana dia pernah bernyanyi sambil memainkan al-Ud (sejenis alat musik petik seperti gitar). Al Farabi mengembara ilmu dari tanah kelahirannya kemudian Iran, Mesir, India, Baghdad, Harran hingga akhirnya menetap bahkan wafat di Damaskus. Al Farabi adalah pakar musik yang menemukan not musik. Al Farabi juga telah menciptakan berbagai alat musik diantaranya rabab dan qanun.. Temuan ini ia tulis dalam kitab al-Musiq al-Kabir  (Buku Besar tentang Musik). Buku yang membahas ilmu dasar musik ini telah menjadi rujukan penting bagi perkembangan musik klasik Barat. Sangat mungkin Sebastian Bach, Mozart dan Beethoven juga terinspirasi oleh kitab ini saat bermusik. Dalam karya fenomenal itu, Al Farabi menulis bahwa musik dapat menciptakan perasaan tenang dan nyaman. Musik mampu mempengaruhi moral, mengendalikan emosi, mengembangkan spiritualitas, dan menyembuhkan penyakit seperti gangguan psikologi. Karena itu bagi Al Farabi, musik bisa menjadi alat terapi. Sebab, musik adalah sesuatu yang muncul dari tabiat manusia dalam menangkap suara indah di sekelilingnya. Kitab itu kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa diantaranya Ibrani dan Latin.
Al Farabi piawai memainkan alat musik. Ketika memainkan alat musik, ia mampu membuat pendengarnya tertawa, bersedih, bahkan tertidur. Dalam satu cerita disebutkan bahwa Al Farabi pernah diundang ke istana penguasa Syria, Safy ad-Daulah untuk menyaksikan pertunjukkan musik yang dimainkan oleh para musisi istana. Di mata Al Farabi, para musisi istana itu telah melakukan kesalahan sehingga alunan musik terdengar kurang indah. Al Farabi lalu meminta izin kepada amir  (penguasa) Syria untuk memainkan alat musik. Saat Al Farabi memainkannya, para hadirin tiba-tiba tertawa. Lalu Al Farabi segera mengubah komposisi musiknya sehingga membuat hadirin menangis dan kemudian mengubah komposisinya lagi sehingga membuat hadirin tertidur.
Menurut Al Farabi musik adalah bentuk ekspresi dari jiwa-jiwa yang kering. Bukan musik namanya jika hanya instrument atau nada yang dikedepankan. Musik harus memiliki jiwa. Musik dengan alunan sendu sangat cocok dalam keadaan sedih. Musik dengan alunan penuh spirit akan membuat orang yang mendengarkan menjadi semangat. Musik benar-benar mengubah banyak hal.
Konstribusi Al Farabi tidak dapat diragukan lagi bagi perkembangan musik dalam dunia Islam khususnya dan dunia pada umumnya. Al-Farabi meninggal dunia di Damaskus pada 950 M. Jasadnya dimakamkan di Bab as-Saghir, berdekatan dengan makam Mu’awiyah, pendiri dinasti Ummayyah.





0 Komentar