KONSEP HABIB DI SUDAN



Pembicaraan tentang habib ternyata berlanjut ke Sudan. Sebuah negara terluas ketiga di benua Afrika yang sepertinya masih sedikit dibahas orang.

Narasumber (narsum) kali ini adalah anak dari salah satu kyai saya yang sedang belajar disana. Informasi tentang habib ia dapatkan setelah berdiskusi dengan teman-teman Sudannya. Dalam obrolan kali ini, saya menemukan banyak fakta menarik tentang Sudan yang harus kalian ketahui. Barangkali suatu hari kalian bisa ke Sudan, belajar atau sekedar jalan-jalan. Semoga.

Oke. Lets started
xxxxxxx

Setelah berbicara mengenai konsep habib di Timur Tengah dan Eropa, saya menyimpulkan keturunan Nabi SAW memang ada di banyak negara. Faktanya, keturunan Nabi SAW juga ada di Sudan. Dzurriyah (keturunan) Nabi SAW di Sudan ini disebut sayyid.

Tanggapan masyarakat Sudan mengenai sayyid berbeda dengan Indonesia. Di Sudan tidak terlalu "wow". Mungkin karena budayanya yang berbeda. Dari ngobrol sama temennya, katanya narsum menangkap beberapa hal. 

Pertama fakta dulu. 

Faktanya di Sudan hingar bingar soal sayyid tidak sebising di Indonesia. Misalnya tingkat pernghormatan atau keseganan masyarakat Sudan jika bertemu dengan keturunan Nabi SAW belum pernah narsum temukan katanya, kecuali yang memang alim. 

Hal tersebut dikarenakan semua orang alim di Sudan dihormati, baik sayyid atau tidak. Kenapa? 

Menurutnya kemungkinannya ada dua :
Pertama, karena memang budaya masyarakat sini nggak seperti indonesia atau yaman.
Kedua, bisa jadi para sayyid itu karena sangking tawadlu'nya mereka nggak pernah memperlihatkan diri sebagai sayyid, kalau ini katamya narsum ketahui sendiri karena kebanyakan orang alim di Sudan tingkat tawadlu'nya tinggi-tinggi.

Di Sudan ada dua ras: ras afrika asli dan ras campuran antara afrika dan arab. Ras afrika asli ada suku-sukunya. Bahasanya juga ada sendiri-sendiri.

Diantara keduanya, yang dominan adalah ras campuran antara afrika dan arab. 

Menurut narsum, secara umum karakter masyarakat Sudan lebih mirip ke Indonesia. Orangnya ramah-ramah. Ketika menjamu tamu sangat baik. Suka guyon. Suka ngobrol. Tapi kalau sudah menyangkut harga diri, tidak ada yang mau kalah.

Lalu apa ada budaya salaman cium tangan juga seperti di Indonesia?

Katanya kalau soal sapa menyapa, jangan ditanya. Masyarakat Sudan bisa saling nyapa bisa lama. Mereka itu kalau menyapa teman, mulai dari assalamuaalaikum, kayf ahwal, kayf umur, kayf ahl, baru ditutup Allah yubarik fik, Allah yahdik, dan itu saut-sautan. Kalau menurut standar orang Indonesia, itu lumayan lama. 

Terus kalo buru-buru? Sopannya gimana? Bisa dipotong obrolannya?

Kalo dipotong ya jadi canggung katanya.

Di Sudan tidak ada budaya cium tangan. Adanya tepuk bahu terus pelukan.

Berarti kalo ketemu guru, syekh, kyai, orang berilmu bahkan habib/sayyid itu tepuk bahu terus pelukan juga?

Iya, tepuk bahu teruz pelukan. Biasanya ada yang sampai cipika cipiki kening.

Tepuk bahu, pelukan sama cipika cipiki hanya untuk sesama lelaki atau sesama perempuan saja?

Yas. Bener. untuk sesama jenis saja. Kalau lawan jenis nggak bisa. Di Sudan kalau untuk bertegur sapa dengan lawan jenis, harus perempuan dulu yang mengucapkan salam. kalau laki-laki yang salam terlebih dahulu, itu tidak sopan.

Salamnya bilang assalamualaikum saja atau ngobrol kaya kayf ahwal dll?

Kalau bicara dengan lawan jenis, bisa irit. Hanya assalamualaikum saja. Tapi bisa juga dipanjangin seperti biasanya.

Ga sopannya kenapa?
Narsum juga tidak tahu. Tapi, katanya narsum juga pernah nyapa perempuan dan tidak dijawab hahahahaha.

Ada tatakrama atau unggah ungguh yg muda ke yang tua?

Unggah ungguh yang muda ke yang tua juga tidak ada di Sudan, bablas terus.

Mulai menarik kan Sudan ini?

Ada yang menarik lagi. Kalau ada orang tua yang bertemu anak kecil, kadang orang tuanya yang mencium tangannya anak kecilnya. Anak kecil biasa loh ini. Bukan anaknya syekh atau sayyid. Narsum juga tidak tahu alasan pastinya. Mungkin karena sayang saja.

Kembali ke konsep habib. Kira-kira konsep nasab sayyid di Sudan seperti apa? Kalau yang kita bahas kemarin ada yang patriarki dan ada yang tidak. 

Menurut perkiraan narsum, kalau itu universal, kebanyakan dimana-mana seperti itu.

0 Komentar